I've tried, but God didn't let me

"Yuk kita kumpul sama yang lain juga, aku kangen nih"
"Boleh, ntar atur aja ya, kabarin"

SMS itu membuat sedikit berharap. Ini kesempatan untuk bertemu dengannya setelah lebih dari 3 tahun tidak pernah bertemu dengannya secara langsung. Tapi dia pembohong besar, dia hilang seperti ditelan bumi (Oke berlebihan, wujud mayanya masih sering terlihat, tapi entah wujud nyatanya, tak pernah terlihat).

Kata siapa, waktu bisa mengobati segalanya. Mungkin membuat lupa? ah, tapi tidak juga. Teori aus memori yang menyatakan bahwa memori bisa terhapus oleh waktu tidak berlaku pada memorinya di otakku. Buktinya, biarpun sudah 3 tahun tak bertemu dengannya. Aku masih hapal. Bagaimana cara dia berbicara, tertawa, tersenyum, melucu, atau minta dikasihani.

Tersangka utama penyebab memori itu masih tersimpan baik adalah media sosial. Yup, Twitter, Facebook, Tumblr, dan dedemit-dedemit lainnya punya andil besar dalam ketidakberlakuan teori aus memori itu. Sial, aku bukan pengintip seperti yang dituduhkan oleh orang-orang disekitarku.

Setiap gerak-geriknya selalu saja tampil di media sosial berengsek itu. Dan ya.. keinginan untuk melihat lebih pun muncul, bagaikan orang kehauasan di padang pasir yang mendapat setetes air dan menginginkan lebih (oke, itu analogi yang berlebihan). Tapi jelas aku bukan pengintip.

Tapi sumpah, perlahan, meskipun sebagian besar memori masih melekat, tapi rasa itu sudah sedikit demi sedikit pudar. Ya, memang meskipun begitu, aku sulit menerima sosok baru. Orang yang dulu sempat denganku saja sekarang sudah mau menikah.. dan alhamdulillah aku masih sendiri :p. Tapi kadang aku justru sering bersyukur, sebagian besar yang sudah aku rencanakan selalu tepat, mungkin karena sendiri itu. Dan, masih ada segudang rencana, yang mungkin bisa dijalankan dengan tepat dalam keadaan single fighter.

Oke, kembali lagi. Sedikit-sedikit aku sudah mencoba untuk tidak peduli. Peduli setan, tak adalagi hasrat untuk mengecek lebih ketika tiba-tiba namanya muncul di media sosial dengan kabar terbaru. Dan Alhamdulillah, aku sudah jarang melihat kabarnya muncul di wallku dan sudah menghapusnya dari timelineku.

Ditengah usaha untuk membuat teori aus memori berlaku. Tiba-tiba Tuhan justru seolah meledekku. Siang itu, didalam bis kota. Seorang pedagang majalah bekas menawarkan dua majalah bekas yang terbit beberapa bulan lalu. Karena iseng, entah kenapa aku membelinya. Dan ketika membuka salah satu halaman majalah yang baru aku beli itu, dia ada. Ya, namanya ada disana, diperjelas dengan fotonya. Padahal, dia sama sekali bukan model, atau siapapun yang hobinya mondar-mandir terlihat di media massa. Sial, teori aus memori semakin tidak berlaku. Yang ada, otakku justru melakukan recall memori.

Yes, I've tried to let him go..
but God, didn't let me..




Read more...