Guruh Soekarno Putra:

Beralih Ke Panggung Politik

Jalan sore...
kita berjalan-jalan sore-sore
Gairah muda
rindu akan kebebasan
Bersuka, bercita
untuk memperluas pergaulan

Masih ingatkah Anda dengan lirik lagu diatas? Lagu diatas berjudul jalan-jalan sore yang pernah populer pada tahun 80-an yang diciptakan oleh Guruh Soekarnoputra. Putera bungsu presiden pertama RI ini terkenal aktif menggeluti seni pertunjukan tari dan musik melalui Swara Mahardika dan kemudian GSP (Gencar Semarak Perkasa) Production setelah Swara Mahardika dibubarkan.

“Sama kemampuannya, baik musik maupun tari, tapi ini bukan soal bakat melainkan kegemaran,” tutur Guruh menjelaskan kegemarannya pada kedua bidang tersebut.

Swara Mahardika didirikan oleh Guruh Soekarnoputra pada tahun 1977. Awalnya, Guruh ingin mendirikan parta politik. Tetapi pada masa orde baru hal tersebut tidaklah mungkin. Akhirnya Guruh pun mendirikan organisasi masyarakat (ormas) dalam bentuk Swara Mahardika.

“Pada masa orde baru, anak-anak muda takut berbicara politik karena takut dicap komunis. Akhirnya banyak yang cenderung hedonis. Paling komunikatif itu adalah kesenian untuk mendidik generasi muda”, ujar Guruh.

Guruh menganggap musik dan tari adalah bahasa yang universal. Salah satu kegiatan Swara Mahardika, adalah menyelenggarakan seni pertunjukan. Setiap selelsai berlatih, Guruh mengatakan selalu memberikan ceramah baik mengenai sejarah, kenegaraan, atau bahkan politik yang biasanya dibungkus dengan hal lain.

Namun, dalam perkembangannya Guruh merasa Swara Mahardika lebih sering dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk menjadi artis. Akhirnya, melalui musyawarah besar pada tahun 1986, Guruh memutuskan untuk melarang pertunjukan dengan nama Swara Mahardika. Swara Mahardika kemudian berubah menjadi Yayasan Swara Mahardika. Guruh kemudian mendirikan GSP Production yang memang tujuannya diperuntukkan bagi bisnis pertunjukkan.

Kini, Guruh sedang sibuk mempersipkan diri untuk maju menjadi calon ketua umum PDIP. Meskipun demikian, Guruh mengaku masih menyempatkan diri untuk menengok GSP Production.

Disela-sela kesibukannya, Guruh juga masih menyempatkan diri bermain ping-pong yang selama ini menjadi olahraga kegemarannya. Dalam hal memilih makanan, pria kelahiran 13 Januari 1953 ini mengaku tidak pilah-pilih. Dia menyukai semua jenis makanan.

“Saya suka semua jenis makanan, entah itu makanan asia, eropa, bahkan makanan kampung. Sama dengan musik, saya suka semua jenis musik,” tambah Guruh.

Bukan hanya dalam hal makanan dan musik, Guruh tidak pilah pilih. Dalam membaca bukupun demikian. Saat ini bahkan Guruh sudah memiliki sekitar 30.000 judul buku dari berbagai jenis, mulai dari komik hingga buku-buku manajemen yang terseimpan dalam perpustakaan dikediamannya, di Jalan Sriwijaya. Kegemarannya pada kesenian dan buku tidak terlepas dari peran kedua orang tuanya, Presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati.

“Bapak suka mengkoleksi buku. Ibu bahkan selalu memasok setumpuk buku setiap minggu untuk saya. Kini, saya bercita-cita membuka perpustakaan terbuka untuk umum,” tutur Guruh sambil tersenyum.

Guruh mengaku kedua orang tuanya sangat kompak dalam mendidik putra-putrinya dengan tidak terlalu menggunakan verbal, melainkan memberikan teladan.

“Bapak itu penyayang, tidak pernah membunuh nyamuk. Bahkan pohon yang sudah hampir matipun tidak boleh dipotong. Bapak juga tidak suka bonsai. Bonsa itu berarti mengkerdilkan kehidupan,” kenang Guruh.

Menjadi Ketua umum PDIP

Pada tanggal 16 Januari lalu, Masyarakat sempat dikejutkan dengan pengumuman yang dikeluarkan oleh Guruh. Guruh menyatakan diri siap menjadi calon Ketua umum PDIP. Dia mengaku sudah berkeliling Indonesia untuk mengumpulkan aspirasi kader partai PDIP ditingkat grassroot.

“Mereka menginginkan pimpinan PDIP tetap dari darah Soekarno,” ujar Guruh.

Meski demikian, Guruh menambahkan para kader partai ini meminta Megawati untuk berhenti. Guruh bahkan juga mendapatkan dukungan dari sebagian kader partai untuk maju menjadi Ketua umum PDIP.

“Saya keluarga Soekarno. Saya tahu kemampuan saya. Dalam memimpi, saya akan berpegang pada pancasila, ” tegas Guruh.

Menurut Guruh, presiden-presiden Indonesia sebelumnya kurang memilik ideologi, dan satu-satunya yang memiliki ideologi adalah Soekarno. Karena itulah Guruh bertekad untuk tetap maju sebagai calon ketua umum PDIP karena merasa mewarisi ideologi ayahnya tersebut.

“Selama ini yang dikenal hanya pancasila, tapi tidak diperkenalkan Pak Karno sebagai satu-satunya pencetus pancasila serta ajaran Pak Karno lainnya, seperti marheinisme. Padahal marheinisme adalah penjabaran dari pancasila,” ujar Guruh.

Menurutnya, pancasila adalah sifat kekeluargaan. Dalam pancasila tidak dikenal partai oposisi seperti yang diperankan oleh PDIP. Jika pemerintah mengambil kebijakan yang salah maka harus ditentang, dan sebaliknya, jika kebijkan pemerinth benar maka harus di dukung. Sedangkan oposisi selalu menentang pemerintah.

“Jika saya terpilih menjadi ketua umum PDIP, saya tidak akan menyatakan PDIP itu partai oposisi, tapi partau pancasila,” tambah Guruh.

0 komentar: