Membangun Kembali Karakter Bangsa

Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam kebijaksanaan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Siapa yang tidak mengenal kalimat-kalimat tersebut? Hampir seluruh warga negara Indonesia, khususnya yang pernah mengenyam bangku sekolah pasti sangat hapal dengan kelima sila yang tertuang dalam pancasila ini.

Pancasila adalah dasar negara sekaigus ideologi bangsa Indonesia. Untuk itu, sejak menginjak bangku sekolah dasar, para siswa diajarkan menjunjung dan mengamalkan kelima sila tersebut. Bahkan setiap pelaksanaan upacara bendera, kelima sila itu selalu dibacakan agar para siswa selalu mengingat nilai-nilai yang ditanamkan dalam kelima sila tersebut.

Kelima sila yang menanamkan nilai-nilai baik ternyata tidak sepenuhnya diamalkan oleh bangsa Indonesia. Begitu banyak persoalan bangsa Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Korupsi, pelangaran hukum, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai persoalan menimpa bangsa ini.

Itu semua tidak terlepas dari persoalan karakter bangsa Indonesia yang dewasa ini memang sudah sampai pada tahap memprihatinkan. Muchtar Lubis (1981) menyatakan bahwa manusia Indonesia sebagai manusia munafik, tak bertanggung jawab, feodal, percaya takhayul, artistik, dan berwatak lemah.

Untuk itulah, perlu ada pembangunan kembali karakter bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pembangunan karakter bangsa antara lain dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan. Sebenarnya pendidikan kewarganegaraan ini sudah dilakukan sejak dahulu melalui situs-situs kewarganegaraan, salah satunya adalah melalui bangku sekolah.

Namun, pendidikan kewarganegaraan melalui bangku sekolah belumlah optimal dan mencapai harapan. Hal ini dapat terlihat dari gejala sosial pada remaja di kota-kota besar di Indonesia seperti seks di luar nikah, tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba serta minuman beralkohol yang meluas sampai ke pedesaan, etos kerja yang buruk, kurangnyasemangat untuk bekerja keras, keinginan untuk memperoleh hidup mudah, dan nilai-nilai materealisme yang menjadi gejala umum dalam masyarakat
Situs kewarganegaraan sendiri dapat berupa sekolah, kelompok masyarakat, tempat kerja, tetangga, kota-kota, wilayah dimana anggotanya setiap hari berpartisipasi memberi arti untuk warga negara demokrasi yang modern. Kelompok masyarakat yang dimaksud, dapat berupa kelompok keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok kepemudaan, dan lain-lain.

Situs-situs kewaganegaraan seperti Pelatihan Manajemen Qolbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan Pengajian Majelis Taklim, menurut Yuyus Kadirman dalam tesisnya yang berjudul “Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-situs Kewarganegaraan” dapat membangun kembali karakter bangsa Indonesia yang selama ini belum terbentuk dengan baik.

Lulusan Pascasarjana Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini meneliti tiga dari beragam situs-situs kewarganegaraan, yaitu Pelatihan Manajemen Qolbu, Pelatihan ESQ, dan Pengajian Majels Taklim. Penelitian ini merupakan sebuah hal baru bagi program studi Pendidikan Kewarganegaraan.
“Tiga situs ini memang membangun karakter bangsa. Bahkan secara metode, mereka lebih cepat daripada dunia persekolahan,” ujar Yuyus.

Selama ini, pendidikan kewarganegaraan selalu diidentikkan dengan dunia sekolah. Melalui tesis ini, Yuyus yang diwisuda pada Oktober 2008 ini, membuktikan bahwa situs-situs kewarganegaraan selain sekolah, seperti Pelatihan Manajeman Qolbu, Pelatihan ESQ, dan Pengajian Majelis Taklim dapat membangun kembali karakter bangsa melalui pembangunan karakter individual yang baik.

Situs kewarganegaraan memiliki keleluasaan dalam menentukan tujuan, membentuk kuriulum, materi, metode, sampai evaluasi. Hal inilah yang membuat setiap situs kewarganegaraan dapat melakukan kreativitas dan inovasi-inoasi dalam pembentukan karakter. Namun, tentunya disesuaikan dengan format dan tujuannya sehingga dapat lebih efektif dalam membangun karakter.

Menurut Pembimbing Tesis “Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-situs Kewarganegaraan” Prof. Abdul Azis Wahab, situs-situs kewarganegaraan menjadi sebuah alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sebagai bangsa.
“Sekolah tidak mampu secara keseluruhan untuk mewujudkan pembangunan karakter bangsa,” tutur Azis.

Karakter bangsa yang dibangun melalui situs-situs kewarganegaraan seperti Pelatihan Manajemen Qolbu yang dilakukan oleh Daarut Tauhid Pelatihan Center, barupaya membangun karakter yang kuat (gigih, disiplin, ulet, rajin) dan karakter baik (rendah hati dan ikhlas). Pelatihan ESQ yang dilakukan oleh Emotional Spiritual Quotient Leadership Center berupaya membangun karakter yang dideklarasikan menjadi tujuh budi utama, yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli. Sedangkan Majelis Taklim secara umum berupaya membangun karakter iman dan takwa terhadap jemaahnya.

Karakter-karakter itu pada dasarnya merupakan kecerdasan spiritual yang menjadi dasar dan berpengaruh terhadap terbangunnya kecerdasan lainnya. Hal ini sesuai dengan karakter bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila yang menempatkan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi dasar bagi sila-sila lainnya.

Karakter manusia dibangun dari respon-respon spontan kita terhadap apapun kejadian yang menimpa. Respon-respon yang baik akan melahirkan perilaku yang baik, sedangkan perilaku baik yang dilakukan diulang-ulang akan membentuk pribadi yang mulia. (good character).

Pelatihan Manajemen Qolbu
Darut Tauhid Pelatihan Center (DTTC), merupakan kelompok masyarakat yang di dalamnya dikembangkan nilai-nilai demokrasi yang modern dengan menyelenggarakan kegiatan pendidikan terhadap warga negara melalui Pelatihan Manajemen Qalbu. Pelatihan ini menggunakan metode yang inovatif. Aktivitas pendidikan karakter terhadap warga negara dibangun dalam pelatihan ini supaya menjadi warga negara yang baik dan kuat di luar persekolahan.

Pelatihan Manajemen Qolbu hadir sebagai salah satu upaya untuk menggali, menghidupkan, mengelola, menata, dan mengoptimalkan potensi hati nurani dalam diri, sehingga hati ini menjadi efektif untuk dapat mengendalikan perlaku menuju kebaikan. Inti dari Pelatihan Manajemen Qalbu adalah memahami diri dan mengendalikan diri.
Setiap manusia memiliki 4 karater yang berpengaruh pada bentuk kepribadiannya, yaitu karakter baik, karakter buruk, karakter kuat, dan karakter lemah. Kombinasi dari empat karakter ini melahirkan empat kuadran kepribadian. Di kuadran manapun kita saat ini, Manajemen Qolbu diharapkan dapat mendorong perubahan karakter kita menjadi pribadi yang produktif berbuat kebaikan (kombinasi dari karakter baik dan karakter kuat).

Pelatihan ESQ
Pelatihan ESQ mencoba memandu seseorang dalam membangun prinsip hidup dan karakter berdasarkan ESQ WAY 165. Angka 165 merupakan simbol dari 1 hati pada Yang Maha Pencipta, 6 Pinsip Moral, dan 5 Langkah Sukses.

Di dalam Pelatihan ESQ, peserta akan dituntut untuk membangkitkan tujuh nilai dasar, yaitu jujur, tangggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli.

Tierta Soepraaditya, mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Elektro Politeknik ITB Bandung mengatakan bahwa pelatihan ESQ sangat mengena di hati, sehingga dapat merubah pola pikir.

“Semestinya bisa merubah seseorang meskipun perlu usaha yang kuat,” tutur Tierta.
Hal serupa dialami Risdianto, alumni ESQ dari Jakarta ini mengatakan bahwa dia mengikuti pelatihan ESQ, karena melihat teman kuliah yang berubah drastis pribadinya.

“Teman saya itu kalau dilihat intelektualnya bagus, tetapi spiritualnya kurang bagus. Tetapi setelah mengikuti training ESQ ini, perubaannya besar sekali,” ujar Risdianto.

Menurut Risdianto, Pelatihan ESQ ini memang dapat mengubah seseorang untuk melakukan perubahan diri atau perubahan karakter dengan menyentuh sisi spiritual seseorang.

Namun, untuk membentuk karakter sesorang, tentunya tidak cukup hanya dengan mengikuti satu kali Pelatihan ESQ saja. Pendidikan karakter melalui Pelatihan ESQ harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan, dan berjenjang.

Majelis Taklim
Majelis Taklim atau yang lebih dikenal dengan pengajian merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah di masyarakat. Majelis Taklim seperti lembaga swadaya masyarakat muni karena kegiatan dakwa tersebut dilahirkan, dikelola, dikembangkan, dan didukung oleh anggotanya. Meskipun Majelis Taklim antara yang satu dengan yang lainnya baik secara materi maupun metodologinya berbeda satu sama lain, pada dasarnya memiliki visi yang sama membangun masyarakat yang beriman dan bertakwa.

Selain itu, berdasarkan hasil temuan peneliti sebelumnya, Sukasih tentang “Makna Pendidikan IPS dalam Meningkatkan Aktualisasi Kerja Masyarakat Pedesaan” pada tahun 1998, majelis taklim tidak hanya merupakan sarana beribadah ritual melalui pengajian tetapi juga sebagai sarana untuk membangun kemampuan sosial dari anggotanya .
Kasih Kisah, mahasiswa semester lima Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran mengaku ada perubahan dalam dirinya setelah mengikuti kegiatan Majelis Taklim secara terus menerus sejak menginjak bangku kuliah.

“Saya jadi lebih sabar karena komunitas majelis taklim sering mengingatkan. Selain itu, juga menjadi lebih tenang karena sadar bahwa ada yang memantau kita, bukan dalam bentuk manusia tetapi Sang Pencita,” tutur Kasih.

Pelatihan Manajemen Qolbu, Pelatihan ESQ, dan Majelis Taklim sebagai situs-situs kewarganegaraan memberikan dampak positif terhadap perubahan pola pikir, pola sikap, da pola tindak sesorang baik untuk dirinya maupun orang lain, jika dilakukan secara continue atau terus menerus. Situs-situs kewarganegaraan ini menjadi aset besar untuk terbangunnya kembali karakter bangsa yang berdasakan ideologi Pancasila.

0 komentar: