Museum Sri Baduga, Mengulas Sejarah Jawa Barat


Suasana kala itu tidak terlalu ramai, hanya ada sekitar 30 orang yang berada di dalam museum itu. Sebagian besar adalah pelajar dan guru. Hari ini tidak ada rombongan sekolah yang datang ke museum ini. Biasanya museum dikunjungi oleh rombongan sekolah, hanya sedikit orang umum yang berkunjung ke museum ini, wisatawan asing pun hanya sesekali dalam seminggu.
“Biasanya pengunjung biasa hanya sekitar 30 orang, yang banyak biasanya rombongan sekolah,” tutur Dedi, salah satu staf Museum Sri Baduga.

Museum Sri Baduga adalah salah satu museum yang memiliki koleksi peninggalan-peninggalan sejarah di Jawa Barat. Museum yang terletak di Jalan B.K.R. No. 185 ini memiliki 6500 koleksi, mulai dari koleksi pada masa zaman pra sejarah, zaman kerajaan, hingga benda-benda kebudayaan khas Jawa Barat. Koleksi museum ini berisi segala hal yang terjadi di Jawa Barat dari masa ke masa.

Museum Sri Baduga ini mulai diresmikan oleh pemerintah pada 5 Juni 1980 oleh Dr. Daoed Yoesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Bentuk bangunan museum ini mengambil model rumah panggung beratap suhu nan panjang dipadukan gaya arsitektur modern. Gedungnya dibangun ditanah seluas 8415,5 meter. Gedung ini merupakan bangunan kantor kewedanan yang tetap dilestarikan sebagai bangunan BCB (Benda Cagar Budaya).

Awalnya, museum ini diberi nama Museum Negeri Jawa Barat. Tahun 1990 terdapat penambahan nama “Sri Baduga” diambil dari nama salah seorang raja Pajajaran yang memerintah tahun 1482-1521 Masehi. Setelah diberlakukan sistem Otonomi Daerah namanya menjadi Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga (BPMNSB).

Koleksi yang disajikan pada pameran tetap museum ini ditata berdasarkan alur cerita (story line) yang menggambarkan untaian perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Fase-fase perkembangan tersebut dikelompokkan menjadi tiga, sesuai dengan tata ruang pameram tetap museum Sri Baduga yang terdiri dari tiga lantai.

Lantai satu berisi tata pameran mengenai sejarah alam raya. Di lantai ini disajikan benda-benda yang merupakan potensi alam wilayah Jawa Barat, diantaranya batuan, flora, fauna, serta informasi tentang sejarah alam di Jawa Barat seperti terjadinya Danau Bandung Purba berupa maket.

Selain itu, ditampilkan potensi budaya Jawa Barat dan benda-benda pembuktian sejarah budaya materiil manusia berkaitan dengan sistem religi dari masa prasejarah sampai Hindu-Budha. Terdapat juga replika gua pada masa purba kala serta peninggalan-peniggalan berupa replika patung peninggalan masa prasejarah dan kerajaan.

Pada lantai dua bangunan museum ini, dipamerkan profil masyarakat kampung Naga sebagai kelompok masyarakat tradisi orang Sunda (asli), foto pemukiman, dan upacara masyarakatnya. Koleksi pada lantai dua ini dilengkapi dengan arsitektur rumah tradisional, berupa maket bentuk atap rumah-rumah tradisional di Jawa Barat. Ditampilkan pula diaroma aktivitas ritual upacara tradisional Mapag Sri dan benda-benda kelengkapannya.

Sedangkan pada lantai tiga museum ini, kita dapat menemukan diorama ruang tamu, ruang tidur, dan ruang dapur dari keluarga menak masa lalu di wilayah Jawa Barat dan benda-benda peralatan kesenian berupa kecapi, rebab, alat musik tiup dari bambu, perlata kesenian debus, seperangkat gamelan, dan wayang.

Lukisan kanvas dan kaligrafi yang termasuk ke dalam klasifikasi koleksi Seni rupa menjadi bagian dari pameran dilantai ini juga. Selain itu, disajikan pula diaroma teknologi tradisional, meliputi pende mas, pembuatan gerabah, dan kerajinan menganyam serta teknolog membatik, juga terdapat diorama penampilan busana pengantin dari berbagai wilayah subkultur di Jawa Barat.

Museum ini dapat menjadi sarana belajar untuk lebih mengenal Jawa Barat dan kebuayaan yang ada di dalamnya. Menjadi alternatif untuk belajar sejarah. Kita dapat mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Jawa Barat melalui museum ini.

Rani dan Wini datang ke museum Sri Badunga guna mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Kedua siswi SMP 1 Banjaran ini mendapatkan tugas membuat laporan berkunjung ke museum selama liburan sekolah. Meskipun begitu mereka merasa senang berunjung ke museum.

“Disini informasinya lebih banyak. Tempatnya juga bagus dan koleksinya banyak,” ujar Wini.

Museum ini buka setiap hari, kecuali pada hari liburan nasional. Tiket masuknya pun hanya seribu rupiah untuk pelajad dan dua ribu rupiah untuk dewasa dan wisatawan asing.

Jadi, tidak ada salahnya berwisata sembari mengenal Jawa Barat lebih jauh bukan?

0 komentar: